TANTANGAN PEMBELAJARAN SKETSA LATAR PADA SISWA INKLUSI KELAS ANIMASI SMK NEGERI 9 SURAKARTA MELALUI PROJECT-BASED LEARNING
Isi Artikel Utama
Abstrak
The current research aims at describing challenge of the learning process of making
background sketching for inclusion students through project-based learning (PjBL).
Learning activities of making background sketching involve eleventh graders of animation
class in SMK Negeri 9 Surakarta consisting of 34 (thirty-four) general students and 2 (two)
inclusion students. Focus of the qualitative research of PjBL implementation is to answer
three research questions, namely (1) How are the characteristics of inclusion students
described when being involved in the learning process of making background sketching? (2)
In the learning process of making background sketching, how are the interaction between
teacher and inclusion students portrayed? and (3) How are the activities of inclusion
students described when being involved in the learning process of making background
sketching? Research results demonstrate that (1) deaf and mute disabled students undergo
communication barriers in which they tend to be silent when the learning process is going
on; teachers need to repeat the explanation with special approach dan assistance in relation
to communication practice; meanwhile, slow learners need teacher to repeat over and over
again in order to understand the learning materials and to do the assignments; (2) teachers
provide additional service for inclusive students, and (3) due to their condition, inclusive
students tend to be passive in the learning activities
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tantangan pembelajaran materi membuat
sketsa latar pada siswa inklusi melalui pengembangan pembelajaran berbasis project-based
learning (PjBL). Aktivitas pembelajaran merupakan implementasi kegiatan pembelajaran
berbasis projek membuat gambar sketsa latar yang dilakukan oleh siswa kelas XII Animasi
di SMK Negeri 9 Surakarta, yang terdiri dari 34 (tiga puluh empat) siswa biasa dan 2 (dua)
siswa inklusi. Fokus dari penelitian kualitatif pada penerapan PjBL ini adalah untuk
menjawab tiga pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana mendeskripsikan karakteristik
siswa inklusi dalam mengikuti pembelajaran membuat sketsa latar? (2) Bagaimana
mendeskripsikan interaksi antara guru dan siswa inklusi dalam pelajaran membuat sketsa
latar? dan (3) Bagaimana mendeskripsikan aktivitas siswa inklusi dalam mengikuti
pembelajaran membuat sketsa latar? Metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa bisu tuli mengalami kendala
komunikasi, saat pelajaran berlangsung siswa ini cenderung diam, dan mereka perlu
mendapatkan penjelasan ulang oleh gurunya dengan pendekatan serta pelayanan khusus
terkait cara berkomunikasi, sedangkan siswa slow learner memerlukan penjelasan berulang-ulang, agar materi bisa dipahami dan tugas bisa dikerjakan; 2) saat interaksi antara guru dan
siswa inklusi dalam pelajaran membuat sketsa latar dilakukan, guru memberikan pelayanan
ekstra kepada siswa inklusi; dan (3) aktivitas siswa inklusi dalam mengikuti pembelajaran
membuat sketsa latar terlihat cenderung pasif yang disebabkan oleh keterbatasan kondisi
mereka
Rincian Artikel
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Referensi
Harsono (2011). Etnografi Pendidikan sebagai
Desain Penelitian Kualitatif. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kustawan, D. (2012). Pendidikan Inklusif dan
Upaya Implementasinya, Jakarta Timur:
Luxima Metro Media.
Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono (2009). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Saloviita, T. (2018). Attitudes of Teachers
Towards Inclusive Education in Finland.
Scandinavian Journal of educational
Research, 64, 270-282.
Deal, D., White, C.S. Voices from the
Classroom: Literacy Beliefs and Practises of
Jurnal Sendikraf, Volume 3 No 2 November 2022 | 40
Two Novice Elemantary Teachers. Journal of
Research in Childhood Education, Olney.
Krajcik, J.S., Harold, S., dan Morten, F.V.L.
(2008). How Do Geckos. Using Phenomena
to Frame Project-Based Science in Chemistry
Class. Jurnal The Science Teacher, 75, 38-
Pati, B. (2011). Inclusive Education of Children
with Intellectual Disability under Education
for All (Sarva Shiksha Abhiyan) Programme
in Orissa, Principal Chetana College of
Special Education, Bhubaneswar. Social
Science International, 27, 123-130,
Praptiningrum, N., (2010). Fenomena
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi
Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Pendidikan Khusus, 7 (2).
Sunanto, Juang, Hidayat, (2016). Desain
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
dalam Kelas Inklusif. Jurnal Assesmen dan
Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus, 17
(1).
Curtis, D. (2011). Project-Based Learning: RealWorld Issues Motivate Students: Concrete,
authentic project-based learning helps
students illustrate core knowledge.
http://www. edutopia.org
Kamdi, W. (2007). Pembelajaran Berbasis
Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan
Mutu Pembelajaran.
http://waras khamdi.com/ pembelajaranberbasis-proyek/ html)
Keller, J. (2000). How to Integrate Learner
Motivation Planning Into Lesson Planning:
The ARCS Model Approach. Florida State
University USA. Makalah disajikan pada VII
Semanario, Santiago, Cuba, February 2000.
Ramadhana, R. N. (2020). Tantangan
Pendidikan Inklusi dalam Mendidik Anak
Berkebutuhan Khusus.
Riadi, M. (2017). Model Pembelajaran Berbasis
Proyek (Project-Based Learning/PjBL).
https://www.kajianpustaka.com/2017/08/mod
el-pembelajaran-berbasis-proyek.html
Thomas, J.W. (2000). A Review on Research on
Project-Based-Learning.
http://www.autodesk.com/foundation
Peraturan Pemerintah:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
(Pensif) bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa.