STRATEGI IMPLEMENTASI MOTIF BATIK KHAS SANGIRAN SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN SITUS SANGIRAN THE IMPLEMENTATION STRATEGY OF BATIK PATTERNS FROM SANGIRAN AS A WAY TO PRESERVE THE SANGIRAN SITE
Main Article Content
Abstract
In 1996, UNESCO gives recognition to Sangiran as the Cultural World Heritage because of the importance contribution in knowledge such as the finding of human fossil, soil layers, artifacts, and fossil of fauna. Beside archaeology potential, the societies who live there also have cultural potential such as knowledge and traditional technology, natural resources and vegetation. The potential encourage BPSMP Sangiran to do a revitalization of batik pattern in order to highlight the importance value of Sangiran Site. Through batik pattern from Sangiran, it becomes a part of 2 preservation of Cultural World Heritage; they are tangible heritage and intangible heritage. The purpose of revitalizing batik from sangiran is to raise the characteristics of this site, provide benefits for the society, as a means of education, socialization, and invite them to participate in preserving the Sangiran Site. Batik pattern from Sangiran can be a way to preserve the Sangiran site which can be carried out and developed, mass production, exclusive marketing, support and participation of the government and non-government parties. There are many challenges to develop, and the writer gives solution to answer it.
Tahun 1996 UNESCO memberikan pengakuan pada Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia karena kontribusi penting dari situs ini berupa temuan fosil manusia, perlapisan tanah, artefak, dan fosil fauna. Selain potensi arkeologi, masyarakat yang mendiami situs ini memiliki potensi budaya berupa pengetahuan dan teknologi tradisional, kekayaan alam, dan vegetasi. Potensi tersebut mendorong Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran untuk melakukan revitalisasi dengan menyasar motif batik guna mengangkat nilai penting Situs Sangiran. Melalui motif batik khas Sangiran, menjadi bagian pekerjaan pelestarian 2 Warisan Budaya Dunia Indonesia yang telah diakui dunia, yaitu pelestarian budaya bendawi (tangible heritage) dan non bendawi (intangible heritage). Tujuan revitalisasi motif batik adalah untuk mengangkat ciri khas yang ada pada situs ini, sarana edukasi, sosialisasi, serta mengajak masyarakat berperan melestarikan Situs Sangiran. Pengembangan motif batik khas Sangiran dapat sebagai salah satu upaya pelestarian Situs Sangiran ke depan akan menemui berbagai tantangan. Solusi yang diberikan dalam menjawab tantangan berupa pengajuan hak cipta, melakukan produksi massal, merencanakan pemasaran yang tepat, dan pengembangan motif batik khas Sangiran.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
References
Ayunda. R., & Maneshakerti. B. (2021). Perlindungan Hukum Atas Motif Tradisional Baik Batam Sebagai Kekayaan Intelektual. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha. No. 9 Vol 3
Duwiningsih, Panglipur, R.S., Wahyuningsih, I Gunawan, Bimas, I.S. (2014). Mereka Memperdalam Arti Penting Situs Sangiran. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Duwiningsih. 2020. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Di Kawasan Cagar Budaya Sangiran. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. (Tesis tidak dipublikasikan)
Handini, R. (2015). Balung Buto Dalam Persepsi Masyarakat Sangiran: Antara Mitos Dan Fakta. KALPATARU, Majalah Arkeologi. No. 24 Vol.1
Hermanto, W. (2018). Menghidupkan Kembali Mitos Balung Buto Melalui Film: Kajian Komparasi Film BPSMP Sangiran. Jurnal Sangiran No. 7
Hermanto, W. (2020). Kelompok Tari Purba: Aktifitas Dan Peran Dalam Upaya Pelestarian
Situs Sangiran Melalui Kesenian. Jurnal Sangiran No. 9
Hermanto, W. (2021). Melalui Kesenian Gejog Lesung, Sanggar Sangir Berperan Menyebarkan Informasi Tentang Sangiran Pada Masyarakat. Jantra No. 16 Vol. 1
Hermanto, W. (2021). Perkembangan Mitos Balung Buto Dan Pemanfaatannya Dalam Gejog Lesung Teater Sangir. Jantra No. 16 Vol. 2
Hermanto, W. 2012. Pola Komunikasi Antara Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran dengan Masyarakat dalam Upaya Pelestarian Situs Sangiran. Skripsi. S1. Universitas Sebelas Maret (Skripsi tidak dipublikasikan)
Hidayat, R.T. (2004). Museum Situs Sangiran: Sejarah Evolusi Manusia Purba Beserta Situs dan Lingkungannya, Sragen: Koperasi Museum Sangiran
Hidayat, R.T. (2008). Situs Manusia Purba Sangiran, Warisan Budaya Dunia No. 593, Buku Panduan Museum dan Situs. Klaten: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah
Hidayat, R.T. (2008). Sistem Zonasi/ Pemintakatan Sebagai Model Konservasi Situs Arkeologi (Contoh Kasus Pelestarian Situs Sangiran). Makalah
Hidayat, R.T. (2011). Permasalahan Dalam Upaya Penanggulangan Perdagangan Fosil di Situs Sangiran. Makalah
Kholis, A.N., Budi, S. & Cahyanti, D.N. (2023). Motif Batik Jombangan sebagai Media Edukasi dalam Penguatan Leadership Skills Berbasis Kearifan Lokal. Sendikraf No 4 Vol. 2
Koentjaraningrat. (1985). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Mandegani, G.B., Setiawan. J., Atika, V., & Haerudin, A., (2018). Persepsi Kualitas Batik Tulis. Dinamika Kerajinan dan Batik.
Dinamika Kerajinan dan Batik No. 2 Vol. 35 https://www.neliti.com/id/publications/272185/p
ersepsi-kualitas-batik-tulis
Nugraha, S. Wulandari, Bimas, I.S. (2012). Lapisan Tanah dan Lingkungan Purba Sangiran. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Norkholifah. Y. (2021). Perancangan Batik Sukowati Dengan Sumber Ide Fosil Gading Gajah Sangiran. Kemadha. No. 10 Vol. 1
Pangestu, T. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal Di Wisata Kampoeng Purba Kelurahan Brangkal, Gemolong, Sragen. Jurnal Abdimas Indonesia No 2 Vol. 1
Purnomo, F.A., Nurhidayat, W. (2012). Augmented Reality Sebagai Media Informasi Museum Purbakala Sangiran. Jurnal ITSMART No 1 Vol. 2
Rahmani, D. (2018). Pelatihan Gejog Lesung di Sanggar Sangir, sebagai Aset Wisata di Situs Purba Sangiran. Jurnal Abdi Seni No. 9 Vol.1 Rahmayani dkk, D. N. A., Bimas, I. S., Rahmanendra, H., Rahmat, K. D., Adiati, A.
T. F., Susilowati, M., Yudhaninggar. K. (2022). Ragam Motif Batik Dan Tenun Khas Sangiran. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Rizali, Nanang. (2013). Nafas Islami dalam Batik Nusantara, Surakarta: UNS Press
Rizali, N. & Sudardi, B. (2019). Identitas Lokal Dalam Batik Parang Sukowati. Makalah
Sugiarti, R., Warto, Tundjung W. Sutirto., Partisipasi Pemangku Kepentingan Dalam Mendukung Revitalisasi Aset Wisata Pusaka Di Kawasan World Heritage Sangiran, Cakra Wisata No. 20 Vol.2
Sulistyanto, B. (2003). Balung Buto: Warisan Budaya Dunia dalam Perspektif Masyarakat Sangiran. Yogyakarta: Kunci Ilmu.
Suparti, T. & Umam, K. (2023). Telusur Sejarah Motif Batik Pada Lomar Baduy. Sendikraf No. 4 Vol.2
Susanto, S. (2018). Seni Batik Indonesia.
Yogyakarta: Andi Offset.
Tim Kajian Koleksi Museum, (2019). Kajian Koleksi Museum, Peningkatan Informasi Koleksi Fosil Panthera tigris Melalui Pendekatan Significance 2.0. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran
Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Widianto, H, Simanjuntak, T. (2009). Sangiran Menjawab Dunia. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Widyastutiningrum, (2019) Perlindungan hukum terhadap hak cipta motif batik ceplok segoro amarto di kota Yogyakarta. Journal of Intellectual Property (JIPRO) No 2 Vol. 1
Internet https://jateng.idntimes.com/news/jateng/larasati-
rey/batik-sekar-puren-motif-moluska-bikin- pemakai-feminin?page=all
https://batikomahlaweyan.com/keunggulan- kain-batik-tulis